Powered By Blogger

Sabtu, 05 Juni 2021

Kesurupan Bukan Cuma Terjadi Karena Kerasukan Setan, Bisa Juga Karena Stress dan Banyak Pikiran

 



Sejak dulu, masyarat kita selalu mengaitkan kesurupan sebagai fenomena masuknya jin ke dalam diri manusia. Mengambil alih jiwanya. Berperilaku aneh tidak selayaknya kebanyakan orang.


Penyebab terjadinya kesurupan hingga kini masih jadi bahan perdebatan. Sebagian dari mereka mengganggap disebabkan oleh gangguan jin si penunggu pohon beringin. Sebagian yang lain lebih percaya diakibatkan oleh adanya gangguan psikis. Ada pula yang percaya keduanya, ya termasuk saya ini.


Kalau kesurupan dilihat dari kacamata budaya sih sah-sah aja jika dibilang kemasukan jin. Saya nulis begini bukan berarti kesurupan jin itu nggak ada. Saya juga percaya kalau ruqyah menjadi salah satu solusi dalam penanganannya. Cuman kan nggak itu-itu melulu. Sebenarnya fenomena kesurupan juga bisa dilihat melalui kacamata ilmiah. Salah satunya adalah melalui kajian keilmuan psikologi.


Kalau dari kacamata psikologi, orang yang kesurupan disebut sedang mengalami Dissociative Trance Disorder (DTD). Orang yang normal adalah mereka yang memiliki kesadaran, persepsi, dan memori yang menyatu. Jika terpecah, maka akan terjadi disosiatif. Trance di sini memiliki arti keadaan tidak sadarkan diri. Keadaan ini dapat berupa kehilangan kesadaran seperti halnya pingsan maupun menyadari seakan ada orang lain yang sedang berdiam di dalam tubuhnya.



Penyebab utama DTD adalah masalah psikis di mana kesurupan merupakan bentuk dari kepribadian kita yang sedang berada dalam kerapuhan. Orang yang stress, banyak pikiran, banyak tekanan, biasanya akan menahan ledakan emosi yang dimilikinya sehingga masuk ke dalam area bawah sadar. Jika dibiarkan, lama-kelamaan area kesadarannya akan berkurang, lalu mengalami kehilangan kesadaran terhadap lingkungannya. Kehilangan kesadaran ini biasanya akan dibarengi dengan perubahan pada tingkah laku, ingatan, dan cara berpikir.


Biasanya yang rentan untuk mengalami kesurupan adalah mereka yang punya kepribadian tertutup. Setiap masalah yang dimilikinya seringkali cuma dipendam dan jarang dikeluarkan.


Tau nggak sih, saat kita berusaha melupakan suatu kejadian atau pengalaman, sebenarnya pengalaman itu nggak hilang begitu aja. Tapi disimpan dalam alam bawah sadar kita yang sewaktu-waktu bisa keluar kapan saja. Saat orang yang tertutup ini mencapai batas maksimum kesabaran yang dimilikinya, duaarr, meluaplah semua emosi yang ada pada dirinya. Orang yang kesurupan sama halnya seperti orang lain dalam mengutarakan semua masalahnya. Kesurupan ini menjadi salah satu cara untuk menyampaikan segala emosi yang ada pada dirinya.


Misalnya ada seorang siswa yang sering di bully sama temennya. Stres nggak tuh. Nah, tekanan emosi yang dirasakan oleh mahasiswa ini akan dikeluarkan dalam bentuk kesurupan sebagai upaya keluar dari masalahnya. Apalagi ditambah kalau lingkungan si siswa ini nggak dalam keadaan yang sehat. Dalam artian nggak ada yang mendukung dirinya untuk bisa mengatasi bullyan tersebut.



Lalu, gimana ceritanya bisa ada orang yang kesurupan dan langsung dengan fasihnya bisa ngucap bahasa asing? Ada orang jawa kok tiba-tiba ngomong bahasa korea misalnya?


Kalau dari perspektif budaya sih, mungkin sudah banyak kita ketahui kalau asalnya adalah berasal dari jin itu sendiri yang bisa berbahasa korea. Jika dilihat dari perspektif psikologi, hal ini biasa disebut sebagai hyper recalling, yaitu kondisi di mana sebenarnya si penderita sudah pernah memiliki pengalaman terhadap bahasa tertentu sebelumnya.


Sebagai contoh, kalau seorang muslim pernah ngaji, pernah baca Al-Quran yang isinya adalah bahasa arab. Nah, jadilah waktu kesurupan dia lancar banget berbahasa arab, karena sebelumnya dia sudah pernah mengenal bahasa arab walaupun mungkin saja tidak tahu artinya.


Kesimpulannya, nggak semua kesurupan bisa menyalahkan jin sebagai penyebab utamanya. Kadangkala dia bisa berasal dari diri sendiri yang sedang bermasalah. Kalau ada masalah yang nggak bisa diselesaikan, segera lari cari bantuan. Entah itu ke teman dekat, keluarga, atau ke orang yang profesional seperti psikolog atau psikiater ahli. Pesan saya, jangan pernah remehkan kesehatan mental kalian!



0 komentar:

Posting Komentar

Related image