Berbicara soal budaya, Indonesia bisa dibilang salah satu yang paling kaya di dunia. Dari Sabang sampai Merauke, negeri ini diisi oleh orang-orang dan masyarakat yang berbeda adat budayanya. Soal budaya, cakupannya sendiri tentu luas. Tak melulu hal-hal yang berbau seni dan tradisi, senjata pun juga termasuk di dalamnya.
Membicarakan soal senjata tradisional di Indonesia, tentu saja ada begitu banyak yang bisa kita sebutkan. Nah, yang unik dari senjata-senjata ini, beberapa ternyata sudah terkenal namanya di dunia. Bangga tentu saja dengan pamor seperti ini, dan jadi bukti valid juga akan pengakuan dunia atas kekayaan budaya kita. Lalu, senjata-senjata tradisional mana saja yang sudah mendapatkan pamor yang mendunia? Ketahui jawabannya lewat ulasan berikut.
1. Karambit
Dengan pamor yang sudah demikian mendunia, kamu mungkin tak benar-benar percaya jika Karambit atau Kerambit ini ternyata adalah senjata asli Indonesia. Ya, senjata yang mengadopsi bentuk cakar macam ini ternyata sudah ada sejak dulu di Minang, jauh sebelum populer seperti hari ini.
Karambit mulai terkenal di dunia diawali dari populernya Pencak Silat. Ya, senjata ini adalah salah satu ornamen penting dalam seni bela diri tersebut. Dari sini kemudian Kerambit dikenal banyak orang. Bangganya lagi, hari ini begitu banyak yang memakainya, bahkan termasuk para tentara AS. Sayangnya, senjata ini di negeri sendiri kurang begitu populer.
2. Badik
Seperti yang disinggung di bagian awal, senjata masuk dalam ranah kebudayaan. Makanya, keberadaannya pun begitu dijaga, setidaknya oleh si pemilik budaya tersebut sendiri. Hal ini pun benar-benar ditunjukkan oleh masyarakat Makassar yang begitu mencintai dan menjaga senjata khas mereka yang bernama Badik.
Badik, keberadaannya tak hanya sebagai senjata, namun juga pride alias kebanggaan si pemiliknya. Tak hanya itu, badik juga dipercaya oleh orang-orang sana memiliki tuah, entah membawa kebahagiaan atau sebaliknya. Badik sendiri dikenal di luar lantaran sudah digunakan oleh orang-orang Bugis sejak ratusan tahun lalu.
3. Kujang
Pisau satu ini berasal dari Jawa Barat dan menurut sejarah sudah mulai digunakan di awal abad ke 8. Kujang, benda satu ini tak hanya dipakai sebagai senjata saja, melainkan juga merefleksikan bagaimana masyarakat Jawa Barat yang berani dan melindungi kebenaran. Makanya, oleh pemiliknya, senjata ini sangat dijaga.
Dilihat dari bentuknya, Kujang adalah senjata yang sangat unik. Ia melengkung ke depan dengan sisi percabangan kecil. Dulu senjata ini dipakai untuk perang dan juga berladang. Namun, semakin berjalannya waktu penggunaan Kujang pun makin jarang. Kini, senjata satu ini hanyalah sebagai cindera mata saja.
4. Mandau
Berbicara soal senjata tradisional Indonesia yang punya pamor, maka takkan lengkap tanpa ada Mandau di dalamnya. Ya, senjata khas milik suku Dayak ini sudah terkenal seantero Indonesia, bahkan mungkin dunia. Bahkan mendengar namanya saja orang-orang asing dulu sudah gemetaran.
Mandau, pisau satu ini sudah digunakan orang-orang Dayak lama sekali. Biasanya memang dipakai untuk perang, termasuk ketika menghadapi bangsa-bangsa asing. Dilihat dari bentuknya, Mandau sama seperti belati pada umumnya, yakni panjang dengan satu sisi tajam. Hal unik lainnya soal Mandau adalah ia juga dikenal akan pamor mistisnya. Ya, dikatakan pedang satu ini bisa terbang sendiri untuk mencari korbannya.
5. Rencong
Sama seperti Badik atau Mandau, Rencong pun dianggap bukan hanya sekedar senjata, melainkan juga sebagai simbol kebanggaan si pemiliknya, yakni orang-orang Aceh. Menurut sejarah, senjata satu ini sudah dipakai sejak Sultan Ali Mughayat Syah atau raja pertama Aceh memimpin. Sang Sultan sendiri tak pernah melepaskan senjata ini dari pinggangnya.
Sama seperti senjata khas lainnya, Rencong ini juga punya bentuk yang unik. Ia memiliki belati panjang yang lurus serta gagang yang berbelok di bagian pangkalnya. Uniknya lagi, sisi-sisi Rencong selalu diukir dengan ayat-ayat Al Quran. Rencong sendiri dipakai oleh masyarakat Aceh sebagai senjata perang, entah melawan Belanda atau pun Portugis.
0 komentar:
Posting Komentar