Sudah banyak yang bilang LDR itu menyiksa dan kadang sia-sia karena gede potensi gagalnya. Perkara yang sepele kalau dihadapi pasangan LDR bisa jadi besar dan memicu pertengkaran. Masalahnya, LDR menguji emosi dan kepercayaan. Tapi, terkadang cinta memang sulit dimengerti karena KATANYA kalau sudah cinta, jarak bukan apa-apa.
Dengan tips yang tepat, dan komitmen dua arah yang sama-sama kuat, hubungan LDR bisa memberi banyak keuntungan. Tapi rasa insecure dan keraguan itu hal yang normal saat menjalani hubungan jarak jauh. Beberapa pertanyaan yang akan Hipwee bahas ini mungkin diam-diam sering kamu ajukan pada diri sendiri. Bisa juga kamu langsung menepisnya dari kepala. Padahal kalau dipikir lagi, mungkin ada benarnya.
1. “Ke mana-mana yang dipikirin cuma HP. Sebenarnya, pacarku itu manusia apa gawai?”
“Eh HP gue ketinggalan. Balik dulu dong, balik! Ntar pacar gue telepon gimana?”
Khas pasangan LDR, gawai adalah benda penting harus dibawa ke mana-mana. Pasalnya, hanya itu yang bisa menghubungkanmu dengan pasangan. Tanpa gawai, praktis komunikasi kalian terhenti total. Karenanya, gawai ini nggak boleh ketinggalan, kehabisan, baterai, ataupun minim pulsa dan paket data. Ke mana-mana, gawai selalu siaga di tangan. Jadi, pacarmu itu manusia atau benda virtual semata sih?
2. “Ya iya sih, dia selalu ngingetin buat makan, ini, dan itu. Tapi kalau cuma ingetin doang tapi nggak nemenin apalagi bantuin, apa bedanya sama alarm HP?”
“Jangan kerja mulu, makan dulu.”
“Udah bangun belum? Katanya ada kelas pagi?”
“Ayo bangun, katanya mau beres-beres kosan buat pindahan?”
Sekilas terlihat sangat romantis, karena dia selalu mengingatkanmu untuk ini dan itu. Tapi terkadang ‘kan kamu juga butuh bantuan nyata, nggak cuma diingetin doang. Karena, kalau cuma ngingetin doang, bukankah itu tugasnya alarm?
3. “Apa gunanya kalimat ‘udah baikan belum sayang?’, kalau yang kubutuhkan sekarang ada yang bantu beliin obat di apotik?”
“Udah baikan belum?”
“Belum. Masih sakit perut.”
“Anak kosan nggak ada yang bisa dimintain tolong beli obat?”
“Nggak ada. Udah tidur semua.”
“Pakai ojol aja gimana?”
Masa-masa sulit adalah ujian yang sesungguhnya bagi pejuang LDR. Pacar tentunya diharapkan bisa menjadi sosok yang diandalkan waktu masing-masing mengalami kesulitan. Saat sakit malam-malam dan nggak punya obat, misalnya. Tapi jarak bikin itu mustahil dilakukan. Ya meskipun dia selalu memantau keadaanmu lewat pesan atau telepon, tapi yang kamu butuhkan sosok yang benar-benar datang memberi bantuan ‘kan?
4. “Status sih in relationship. Tapi kondangan dan acara apa pun sendiri-sendiri juga. Ini apa nggak kaya lagi menipu diri sendiri?”
“Kamu punya pacar nggak sih?”
“Punya.”
“Oh ya? Kok nggak pernah kelihatan? Kayaknya kamu ke mana-mana sendirian juga.”
“Hmm…”
Bukannya bermaksud jadi pacar yang manja. Tetapi, salah satu enaknya punya pacar kan ada temannya kalau datang ke kondangan atau acara-acara formal dan non-formal lainnya. Tapi status pacaranmu nggak banyak berguna di sini. Boro-boro kondangan pakai baju couple, kamu tetap saja ribet cari barengan tiap kondangan karena pacarmu yang jauh jelas nggak bisa diandalkan. Jadi, apa kamu beneran punya pacar?
5. “Meski dia selalu nemenin lewat chat waktu aku pulang malam, tapi kalau di sini ada yang bisa nganterin pulang pas kemalaman, kenapa harus bertahan?”
“Kamu pulang sama siapa?”
“Ada temen. Dia mau nganterin sampai rumah katanya.”
“Ya udah, hati-hati ya. Kabari aku kalau udah sampai rumah.”
Iya sih, komunikasi kalian memang lancar. Nggak ada masalah ilang-ilangan atau nggak bisa dihubungi. Perhatian pun tetap gencar diberikan meski terpisah jarak yang panjang. Tapi gimana pun, kehadiran fisik itu tetap lebih baik bukan? Dia cuma bisa menanyakan kabarmu saat kamu pulang. Sementara di sini, mungkin ada seseorang yang mau mengantarkanmu sampai rumah saat kamu kemalaman. Duh, gimana nggak jadi bimbang?
6. “Aku mati-matian jaga kesetiaan di sini, dia di sana gimana ya? Kalau bohong ‘kan aku nggak tahu juga ya?”
Kesetiaan juga jadi masalah dalam LDR. Bagaimanapun ada jarak yang membentang di antara kalian. Kegiatannya sehari-hari nggak bisa kamu lihat dengan mata kepala sendiri. Apalagi kalau nggak cuma jarak yang memisahkan, tapi juga waktu. Di sini siang, di sana malam. Waktu kamu pengin curhat, tapi dia lagi tidur, dan sebaliknya. Gimana kalau akhirnya dia menemukan “teman curhat” lain di sana? Iya sih, dia bilang dia nggak macam-macam. Tapi kalaupun dia berbohong, bagaimana caramu mengeceknya?
7. “Setelah semua perjuangan dan pengorbanan ini, gimana kalau nanti nggak berujung ke komitmen apa pun? Apa nggak buang-buang waktu namanya?”
LDR sudah cukup lama, drama yang dihadapi juga nggak main-main. Namun, baik kamu dan dia masih bisa bertahan dengan segala perjuangannya. Tapi satu hal yang meresahkan pikiranmu, kok dia nggak pernah menyinggung-nyinggung soal komitmen hubungan yang lebih serius ya? Kira-kira hubungan ini bakal dibawa ke mana? Kalau sudah telanjur sebegini perjuangannya, terus nanti bubar juga, apa nggak sia-sia waktunya?
Gimana? Sudah cukup galau dan jlebkah wahai kalian yang sedang menjadi pejuang LDR? Nggak aneh kok kalau kamu sempat menanyakan hal-hal itu pada dirimu sendiri. Soalnya, mau dibilang apa juga, LDR itu memang berat perjuangannya. Tapi semuanya kembali ke dirimu sendiri. Meski mungkin benar LDR itu ibarat jomblo terselubung, kalau kamu merasa LDR-mu berkualitas dan bisa diharapkan, serta kamu kuat menghadapi godaannya, sok atuh dilanjutkan
0 komentar:
Posting Komentar