Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Semarang. Gedung ini dulunya merupakan kantor perusahaan kereta api Hindia Belanda bernama Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang didirikan pada tahun 1904. Masyarakat menyebut tempat ini dengan nama Lawang Sewu (Pintu Seribu) karena memiliki pintu yang sangat banyak, walau jumlahnya tidak mencapai seribu.
Pada masa pertempuran 5 Hari di Kota Semarang pada 15-19 Oktober 1945, gedung Lawang Sewu menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) melawan Kempetai dan Kidobutai dari Jepang. Oleh karena itulah, tempat ini oleh Pemerintah Kota Semarang menjadi salah satu bangunan yang dilindungi.
Namun walaupun terlihat megah gedung itu menyimpan kisah seramnya sendiri, terutama pada bagian ruang bawah tanahnya. Ruang bawah tanah itulah yang membuat Lawang Sewu menjadi salah satu tempat terangker di dunia.
Lorong atau ruang bawah tanah Lawang Sewu dibuat bersamaan dengan dibangunnya gedung itu pada tahun 1904-1907. Ruangan itu memiliki tinggi hingga 2,5 meter dan lebar sekitar 2 meter.
Arsitek pembangunannya yaitu Profesor Jacob F Klinkhamer dan BJ Quendag yang keduanya berasal dari Amsterdam, Belanda.
Popularitas Lawang Sewu sebagai tempat terangker terdongkrak ketika sebuah stasiun televisi nasional mengadakan acara uji nyali di sana. Saat itu, kamera menangkap ada sesosok misterius selain manusia yang tertangkap di lorong bawah tanah.
Setelah peristiwa itu, Lawang Sewu ditetapkan sebagai salah satu destinasi paling angker sedunia versi Google Earth. Bahkan, tempat itu menjadi tempat terangker kedua di Asia.
Dilansir dari Fimela.com, pernah pada suatu hari pernah diadakan uji nyali di ruang bawah tanah Lawang Sewu. Uji nyali itu diadakan salah satu stasiun televisi nasional.
Dalam episode tentang Lawang Sewu itu, ditayangkan seorang peserta uji nyali yang mengenakan peci dan membawa tasbih berdiam diri di ruang bawah tanah itu.
Namun setelah satu jam beruji nyali, pria itu mengalami kejadian menyeramkan. Dalam tayangan itu tampak sesosok kuntilanak berdiam diri pada salah satu pintu di sana. Karena itulah peserta kemudian melambaikan tangan ke kamera tanda ia tak ingin melanjutkan uji nyali itu.
ruang bawah ini pernah dijadikan tempat eksekusi massal dari para tahanan ketika Jepang kalah pada Perang Dunia II. Saat dibangun oleh Belanda, ruang bawah tanah itu sebenarnya difungsikan sebagai tempat saluran air. Saat pendudukan Jepang, ruang itu dialih fungsikan sebagai penjara bawah tanah.
Selama mendekam di tempat tersebut, para tahanan dilaporkan dipaksa untuk berjongkok karena tempat tahanan mereka yang sempit. Tak hanya itu, dalam mendekam di penjara itu mereka harus berdesak-desakan karena biasanya tempat berjongkok yang berbentuk persegi berukuran sekitar 1 meter itu bisa diisi 3-4 orang.
Ditutup Sejak Tahun 2014
Ruang bawah tanah Lawang Sewu ditutup sejak tahun 2014. Alasan ditutupnya ruang tersebut adalah untuk perawatan. Walau ditutup, pengunjung tetap bisa melihat kondisi ruang bawah itu melalui salah satu lubang yang ada di lantai satu.
Walaupun ditutup untuk perawatan, namun sampai saat ini ruang itu belum dibuka kembali untuk wisatawan.
Sapto Haryo mengatakan pihaknya belum menemukan bukti kalau dulunya lorong bawah tanah itu difungsikan sebagai saluran air. Begitu pula dengan informasi yang katanya tempat itu menjadi penjara bawah tanah.
Tjahjono Raharjo, seorang Arsitek dari Unika Soegijapranoto mengatakan lorong bawah tanah itu bukanlah saluran air, melainkan lebih merupakan gudang penyimpanan barang.
0 komentar:
Posting Komentar