Para ilmuwan telah menemukan bahwa mata manusia memiliki kemampuan yang menyeramkan. Alat penglihatan tersebut dapat mendeteksi "bayangan hantu."
Ini adalah penampakan yang dikodekan dalam pola acak, yang sebelumnya dianggap hanya dapat dideteksi oleh komputer. Tetapi, dalam sebuah makalah baru yang diposting secara daring atau online di server pracetak arXiv, para peneliti di Heriot-Watt University dan University of Glasgow mengungkapkan bahwa mata manusia dapat melakukan perhitungan serupa mesin.
"Meskipun otak tidak dapat melihatnya (hantu) secara individual, namun mata mampu mendeteksi semua pola (bayangan), dan kemudian menyimpan informasi ini di sana, lalu menjumlahkan semuanya secara bersamaan," kata salah satu penulis studi, Daniele Faccio yang merupakan profesor fisika di University of Glasgow.
Menangkap Bayangan Hantu dengan Teknik yang Disebut "Ghosting"
Bila dianalogikan dalam sebuah kamera biasa ialah banyak piksel yang mengambil cahaya dari satu sumber, seperti matahari, untuk menghasilkan gambar yang jelas.
Sedangkan bayangan hantu yang ditangkap oleh panca indra manusia ini, pada dasarnya, kebalikannya.
"Mereka terlihat dengan beberapa sumber cahaya dalam susunan yang dapat diprediksi, dengan cahaya yang dikumpulkan oleh detektor pada satu titik, biasanya disebut 'ember' (bucket)," kata Faccio kepada Live Science, yang dikutip pada Senin, 14/1/2019).
Cara mudah untuk membayangkan bagaimana proses ini bekerja adalah dengan memikirkan tentang lidar, yang menggunakan laser satu titik (single-point laser) untuk memindai pemandangan (scene) tersebut.
Detektor itu lalu akan menangkap cahaya laser yang memantul kembali dari setiap titik dalam scene, yang kemudian dapat direkonstruksi menjadi gambaran hantu.
Namun, Faccio mengemukakan, ada cara yang lebih cepat untuk menangkap sosok hantu. Alih-alih memindai scene dengan satu sumber cahaya, para peneliti telah menemukan bahwa mereka dapat memproyeksikan gambaran hantu menjadi sebuah penampakan.
Cahaya yang memantul dari objek ditambahkan polanya, kemudian diukur. Hasil dari pola cahaya itu dan pola aslinya yang diproyeksikan berisi "gambaran hantu" yang kemudian dapat diatasi secara matematis oleh data.
Gambaran-gambaran ini terlihat seperti representasi skala abu-abu dari gambaran aslinya.
Penglihatan Hantu
Secara komputasi, metode pembuatan gambaran hantu ini melibatkan dua langkah matematika. Pertama adalah menggabungkan pola asli dan pola yang muncul setelah diproyeksikan pada objek. Langkah ini secara matematis dilakukan dengan mengalikan pola asli terhadap sinyal cahaya yang dibuat oleh objek dan pola di setiap titik.
Kedua adalah meringkas semua angka-angka di seluruh scene.
"Pertanyaannya adalah 'Bisakah otak manusia melakukan ini semua?'", tutur Faccio.
Para peneliti memutuskan untuk fokus pada bagian kedua dari perhitungan, menjumlahkan semua pola secara bersama. Untuk melakukan ini, mereka memulainya dengan memproyeksikan pola tipe kotak-kotak, yang disebut pola Hadamard, terhadap foto terkenal Albert Einstein dengan lidahnya yang mencuat.
Ahli kemudian menggunakan detektor satu piksel untuk mengumpulkan pola cahaya yang dihasilkan, yang mereka masukkan ke dalam proyektor LED.
Proyektor LED itu menyinari pola Einstein ke layar yang menunjukkan pola Hadamard asli, yang pada dasarnya mengalikan dua pola tersebut.
Langkah selanjutnya adalah memeriksa apa yang bisa dilihat manusia ketika menyaksikan penjumlahan ini. Para peneliti menemukan bahwa ketika pola Einstein yang sudah dikalikan dengan pola Hadamard diproyeksikan secara perlahan, dalam pulsa 1 detik atau lebih (pulsa adalah tegangan atau arus yang berlangsung beberapa lama berbentuk segi empat atau gelombang sinus), orang-orang hanya melihat gambaran 'papan main dam', tidak ada gambaran hantu.
Tetapi, ketika para peneliti mempercepat proyeksi tersebut, penampakan Einstein yang konyol muncul.
"Warna hitam dan putih mulai menghilang," kata Faccio. "Mereka akan bias menjadi abu-abu, dan Anda benar-benar melihat sosok hantu muncul di hadapan Anda," pungkas Faccio.
0 komentar:
Posting Komentar