Seperti yang diungkapkan Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Sub 1 Cikembar yang juga pemilik Slamet Quail Farm (SQF), Slamet Wuryadi. "Dalam usia 45 hari, puyuh bisa langsung menghasilkan telur. Dan setiap hari ia akan bertelur 1 butir sampai berusia 18 bulan atau 1.5 tahun,” tuturnya.
Slamet juga berani menyebutkan bahwa telur puyuh jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan telur ayam. Contohnya, tiga butir telur puyuh seharga Rp 900 sama dengan nilai protein sebutir telur ayam kampung seharga Rp 2.500.
Dengan nilai investasi sebanyak Rp 2.250.000 berupa 750 ekor indukan puyuh, dalam waktu 18 bulan para peternak dapat meraup omzet sekitar Rp 22.056.000.
“Tapi dengan catatan, budidaya ternaknya harus dilakukan secara benar. Sehingga nilai gizi dan kekuatan reproduksi burung puyuhnya terus terjaga,” katanya.
Hitung-hitungan Slamet, populasi puyuh di Indonesia saat ini ada empat juta butir per hari. Jika dikalikan dengan ongkos produksi Rp 300 per butir, maka omzet telur puyuh mencapai Rp 1,2 miliar perhari.
“Kalau kita bagi, Rp 600 juta biaya pakannya saja, Rp 600 juta dinikmati seluruh UKM seIndonesia yang berjumlah lebih dari 1500an. Maka artinya gaji peternak puyuh sehari bisa Rp 400 juta,” katanya.
Peluang bisnis puyuh hingga saat ini masih sangat terbuka lebar. Untuk kebutuhan puyuh di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten saja dibutuhkan 13, 5 juta butir puyuh per minggunya. “Boro-boro untuk diekspor, dalam negeri saja peluangnya masih gede! Konsumen terbesar masih ada di Jakarta dan Banten,” tukasnya.
Diakui Slamet, beberapa negara sudah banyak permintaan. Sebut saja Timur Tengah, UEA, Bahrain, Dubai pun sangat meminati puyuh.
Slamet menuturkan Indonesia harus bisa mengejar produksi puyuh di dalam negeri untuk bisa memenuhi pasar domestik , baru mengejar ekspor. Di negara lain seperti Thailand, Filipina dan Malaysia, sudah stabil dan bisa memenuhi pasar luar negeri. “Di Indonesia harus diperkuat dahulu perbibitannya,” tuturnya.
Mudah Dibudidayakan
Puyuh juga tidak sulit untuk dibudidayakan karena dia merupakan hewan endemik dan asli Indonnesia. Puyuh liar biasa terlihat di tegalan, lahan jagung dan biasa masuk di pagi hingga sore hari.
Di SQF, telur puyuh dengan bobot 12 gram selama 12 hari dipanaskan pada mesin tetas bisa menghasilkan anak puyuh dengan bobot 15 gram. Pemisahan jantan dan betina pada umumnya akan dilakukan saat puyuh berumur 3 minggu. Sebab bagian bulunya sudah muncul sehingga jenis kelaminnya akan tampak semakin jelas.
Cara membedakan puyuh jantan dan betina sebenarnya juga cukup mudah dan juga sederhana. Bulu puyuh jantan memiliki warna yang lebih tegas dibandingkan betina. “Puyuh betina kemudian dibesarkan hingga 45 hari untuk bisa bertelur hingga 1.5 tahun. Sedangkan puyuh jantan dibesarkan untuk menjadi puyuh pedaging dan diolah menjadi aneka olahan puyuh,” tuturnya.
Telur puyuh rata-rata mempunyai berat 90-110 gram/butir. Pemberian pakan pun dilakukan 2 hari sekali dan puyuh diberikan pakan tanpa henti dan jeda jangan di biarkan tempat pakan kosong. Biarkan saja puyuh itu makan sesukanya. Usahakan pemberian pakan dan minum diwaktu pagi.
Tak hanya dimanfaatkan menjadi petelur dan pedaging, feses dari puyuh juga bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik. “Tanah yang diberikan pupuk dari feses puyuh memiliki elektrolit yang bagus sehingga bisa menghantarkan unsur hara yang baik bagi tanah. Termasuk memberikan aerasi yang baik bagi tanah,” tutur Slamet.
0 komentar:
Posting Komentar