Teru Teru Bozu atau “boneka penangkal hujan” adalah boneka handmade yang terbuat dari kertas tisu atau kain, biasanya berpenampilan putih dan seperti hantu, dan digantung di luar pintu dan jendela dengan harapan cuaca akan cerah. Biasanya banyak terlihat selama musim hujan di Jepang.
Boneka ini banyak kita jumpai entah di film, anime, atau foto di Jepang. Di balik penampilan menggemaskannya, ada lima fakta tersembunyi yang disimpan boneka ini. Apa saja ya?
1. Sebenarnya apa itu Teru Teru Bozu?
=Teru (照 る), yang berarti “bersinar” dan bozu (坊 主), merujuk pada seorang pendeta Buddha (atau seseorang yang botak), kekuatan magis seorang pendeta (secara harfiah: bersinar, biksu yang bersinar) untuk mencegah hujan. Secara khusus, Teru Teru Bozu sangat populer di kalangan anak-anak Jepang dan pertama kali diperkenalkan kepada mereka di taman kanak-kanak atau tempat penitipan anak melalui sajak anak-anak yang indah namun sedikit menyeramkan pada tahun 1921.
Sajak Teru Teru Bozu menyerukan untuk membawa kembali hari-hari yang cerah, menjanjikan bahwa jika keinginan itu terpenuhi, banyak kebaikan akan dikabulkan, dan jika tidak, lehernya akan dipotong.
2. Legenda asal mula Teru Teru Bozu
Ada banyak legenda di balik asal-usul boneka lucu ini, tapi beberapa di antaranya cukup menakutkan. Salah satu kisah Teru Teru Bozu adalah kematian tragis "Biksu Cuaca Baik" di Jepang masa feodalisme. Biksu tersebut telah berjanji pada sebuah desa yang dilanda oleh hujan terus-menerus, ia akan menghentikan cuaca yang buruk dan menyelamatkan tanah pertanian. Tetapi hujan terus berlanjut dan tuan tanah yang marah memerintahkan pemenggalan kepala biksu itu dan kemudian membungkus kepalanya dengan kain putih serta menggantungnya untuk mengharapkan cuaca yang baik.
3. Legenda 掃晴娘 (So-Chin-Nyan) atau Souseijou
Legenda lain mengatakan bahwa tradisi Teru Teru Bozu menyebar dari Tiongkok selama periode Heian (794-1185 M), dan bahwa itu bukan seorang biarawan, tetapi seorang gadis muda dengan sapu yang disebut 掃晴娘 (So-Chin-Nyan) dalam bahasa Tiongkok atau souseijou dalam bahasa Jepang. Seperti cerita sebelumnya, pada saat hujan deras, seorang gadis dikorbankan untuk menyelamatkan desa dengan secara simbolis menuju ke surga di mana dia akan menyapu awan hujan dari langit. Sejak itu, orang-orang mengingatnya dengan menciptakan kembali figur-figur yang mirip kertas dan akan menggantung mereka di luar dengan harapan akan cuaca yang baik.
4. Tradisi membuat boneka mulai populer pada zaman Edo
Di Jepang, praktik ini menjadi populer pada pertengahan era Edo. Ketika cuaca cerah para penduduk membuat persembahan boneka kertas, orang kemudian akan merias mata mereka (mengingatkan kita pada praktik boneka Daruma) dan menawarkan sake suci, kemudian melempar boneka dan sake ke sungai.
5. Membuat Teru Teru Bozu-mu sendiri
Membuat Teru Teru Bozu semudah membuat mi instan. Pertama, siapkan dua potong kain berukuran sama atau cukup gunakan dua lembar kertas tisu dan satu karet gelang. Kedua, remas-remas salah satu potongan kain menjadi bentuk bola untuk kepala, lalu bungkus bagian lain di sekitarnya, memutar untuk membuat kepala boneka. Terakhir, gunakan karet gelang untuk menjaga kepala tetap di tempatnya. Setelah itu bisa kamu gantung di jendela atau pintu.
Teru Teru Bozu mungkin memiliki sejarah kelam, dan boneka kertas ini telah menjadi bagian dari sejarah Jepang yang membuat orang lebih berpikir tentang anak-anak yang gelisah yang ingin bermain di bawah sinar matahari daripada seorang biksu yang kehilangan kepalanya.
0 komentar:
Posting Komentar