Powered By Blogger

Rabu, 08 Juli 2020

Bisa Pilih Tetangga, Ini 5 Fakta Menarik Pola Hunian Cohousing

Bisa Pilih Tetangga, Ini 5 Fakta Menarik Pola Hunian Cohousing

Hunian atau tempat tinggal termasuk kebutuhan dasar setiap manusia yang harus dipenuhi. Mayoritas orang ingin memiliki hunian sendiri, gak terkecuali generasi millennials dengan usia di bawah 25 tahun.

Tempat tinggal menjadi salah satu target investasi utama. Aspek yang diperhatikan pun jadi lebih banyak seperti lokasi, harga, fasilitas, desain, hingga karakter lingkungan sekitarnya. Pilihan cara memiliki tempat tinggal juga beragam, memilih beli jadi, ambil KPR, atau merancang sendiri.

Cohousing bisa menjadi pilihan menarik bagi generasi millennials. Kependekan dari collaborative housing atau community housing ini merupakan pola hunian yang sudah lama dikembangkan di negara-negara barat. Di Indonesia sudah ada beberapa, namun masih banyak yang belum mengenal pola hunian asyik yang satu ini.

Memilih hunian dengan tipe cohousing memungkinkanmu tinggal berdekatan dengan tetangga yang kamu pilih sendiri, lho. Mau tahu lebih banyak tentang cohousing?


1. Digagas sejak tahun 1960an di Denmark

Bisa Pilih Tetangga, Ini 5 Fakta Menarik Pola Hunian Cohousing

Istilah cohousing atau collaborative housing pertama kali muncul di Denmark pada tahun 1960an. Ide ini digagas atas dasar ketidakpuasan sekelompok orang terhadap lingkungan tempat tinggalnya dan pola interaksi di sana.

Sekelompok warga yang terdiri dari kurang lebih 50 keluarga ini kemudian mendirikan cohousing pertama, yaitu Saettedammen. Mereka mendirikan sebuah kluster dengan desain dan fasilitas hunian sesuai selera.

Segala proses pembangunan mulai dari persiapan hingga rampung dimusyawarahkan dengan seluruh anggota. Cohousing kemudian berkembang ke negara-negara lain sebagai salah satu cara efektif mengoptimalkan fungsi komunitas dan kestabilan sosial ekonomi.


2. Kesempatan untuk memiliki hunian impian dengan harga lebih bersahabat

Bisa Pilih Tetangga, Ini 5 Fakta Menarik Pola Hunian Cohousing

Salah satu keuntungan cohousing adalah kesempatan untuk memiliki spesifikasi hunian sesuai selera, namun dengan biaya yang lebih murah.

Jika memilih membangun rumah sendiri tanpa ambil KPR, biaya bisa membengkak karena pemborong hanya mengerjakan satu rumah. Kamu menanggung sendiri segala biaya mulai dari lahan, bahan baku, hingga ongkos kontraktor.

Lain cerita dengan cohousing, skema biaya pembangunan bisa dibuat mirip program KPR. Namun, spesifikasi dan desainnya bisa disesuaikan dengan keinginan. Anggaran beli lahan, belanja material dasar, hingga ongkos tukang ditanggung bersama.

Tiap pemilik rumah hanya perlu mengeluarkan ongkos tambahan untuk desain spesifik yang mereka inginkan. Fasilitas kluster seperti taman atau pos keamanan bisa diikutkan anggaran bersama. Jadi lebih ringan, kan?


3. Bisa pilih sendiri akan bertetangga dengan siapa, cocok banget buat millennials

Bisa Pilih Tetangga, Ini 5 Fakta Menarik Pola Hunian Cohousing

Ini dia keseruan cohousing yang cukup menarik bagi generasi millennials. Kamu bisa memilih sendiri akan bertetangga dengan siapa karena cohousing melibatkan komunitas yang masing-masing anggotanya sepakat untuk tinggal di satu kluster yang sama.

Perkembangan zaman membentuk pola interaksi masyarakat yang cenderung suka berkelompok. Setiap orang punya minimal satu kelompok kecil yang menjadi ‘zona nyaman’.

Nah, cohousing memungkinkan kamu untuk tinggal berdekatan dengan teman dekat, rekan kerja, kolega, saudara, atau komunitas lain yang bisa meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidupmu.


4. Cohousing ada plus minusnya juga, lho!

Bisa Pilih Tetangga, Ini 5 Fakta Menarik Pola Hunian Cohousing

Setiap hal pasti memiliki sisi positif dan negatif yang berdampingan, begitu juga dengan cohousing. Meski pola hunian ini sekilas menawarkan banyak keuntungan, bersiap juga menghadapi risiko buruk di kemudian hari.

Dimulai sejak tahap persiapan, musyawarah dengan setiap anggota komunitas gak mungkin berjalan mulus sepenuhnya. Meski sudah merasa cocok satu sama lain, perbedaan pendapat dan kepentingan pribadi bisa membuat musyawarah sesekali berjalan alot.

Selain itu, interaksi antar manusia pada dasarnya gak bisa lepas dari konflik. Apalagi dengan intensitas pertemuan yang makin sering sejak bertetangga. Kalau gak dipikirkan aspek sosialnya, cohousing malah bisa mengancam keutuhan komunitas.

Jadi, cohousing gak sekadar menawarkan hunian impian dengan harga miring. Tetap ada tantangan soal menjaga toleransi dalam bertetangga, meski kamu bisa memilih sendiri siapa saja yang akan menjadi tetanggamu.

5. Sudah berdiri beberapa hunian Cohousing di Indonesia, kamu tertarik?

Bisa Pilih Tetangga, Ini 5 Fakta Menarik Pola Hunian Cohousing

Di Indonesia sendiri, pola hunian cohousing masih terbilang awam. Sudah muncul beberapa dengan konsep serupa, seperti Komunitas Rumah Bersama yang muncul di tahun 2009 dan DFhousing di bilangan Tangerang Selatan sejak awal 2014.

Gimana, kamu tertarik gak mendirikan hunian cohousing bersama komunitas atau orang-orang terdekatmu? Semoga informasi di atas bermanfaat, ya!

0 komentar:

Posting Komentar

Related image