Ketika kita memikirkan anggota kerajaan, pasti yang terlintas di pikiran adalah putri-putri cantik dan para pangeran yang menawan. Sejarah mengungkapkan bahwa penguasa kehidupan nyata kadang-kadang lebih mirip dengan penjahat dalam buku cerita: para penyihir gila, orang aneh, dan bahkan sekumpulan keluarga pembunuh.
Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa, meskipun memiliki keistimewaan, menjadi anggota kerajaan itu rumit. Akses ke kekayaan besar dapat merusak mental. Berikut adalah daftar bangsawan paling aneh dan keluarga kerajaan paling aneh sepanjang sejarah, apa yang membuat mereka seperti itu, dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi negara yang mereka kuasai.
1. Elagabalus
Gelar kerajaan: Kaisar Roma
Kegilaan: Elagabalus adalah seorang hedonis yang senang menonton orang menderita.
Elagabalus, yang naik takhta pada tahun 218 M, adalah seorang Kaisar Romawi yang dikenal karena perilakunya selalu ingin menjadi penguasa paling kejam sepanjang masa.
Berikut adalah daftar beberapa kegiatan kerajaan paling aneh Elagabalus:
Dia merantai wanita telanjang ke kereta, seperti kuda, dan mencambuk mereka saat mereka menariknya.
Dia merilis ular beracun ke penonton permainan gladiator dan menyaksikan orang banyak panik dan mati karena gigitan beracun.
Dia mengikat tamu makan malam ke roda air untuk menyaksikan mereka perlahan tenggelam.
Dia melemparkan emas dan perak dari balkon menara dan menikmati rakyat jelata yang bertengkar dan sekarat karena uang.
Dia melepaskan singa dan macan tutul saat pesta.
Dia mengisi posisi dalam pemerintahan berdasarkan ukuran penis pria.
Ketika penasihat utamanya memperingatkannya bahwa dia harus menjalani kehidupan yang lebih hemat dan bijaksana demi kelangsungan kerajaan, dia menikam penasihat itu sampai mati.
2. Nero
Gelar Kerajaan: Kaisar Roma
Kegilaan: Seorang narsisis dan sadis, dia membunuh ibunya dan membiarkan Roma terbakar habis.
Ketika membicarakan Nero, jelas dia mendapatkan kemampuan berpolitiknya yang hebat dari ibunya. Ibu Nero, Agrippina, mengatur naiknya Nero ke tahta pada tahun 54 M dengan menikahi pamannya, Claudius, dan meyakinkannya untuk mengangkat Nero sebagai Kaisar alih-alih putranya sendiri, sebelum meracuni Claudius hingga mati. Ketika Nero berkuasa, ia mengambil pelajaran dari buku pedoman ibunya dan mulai menjatuhkan semua orang yang mengancam atau bahkan mengganggunya, termasuk ibunya. Dia juga membunuh istrinya sendiri, Octavia, ketika dihalangi jalannya.
Meskipun membawa beberapa bentuk sosial dan politik yang positif, hedonisme Nero terus menggerogotinya. Dia memiliki banyak istri dan kekasih, menghabiskan banyak uang untuk pemenuhan hasrat seksual pribadi, dan membunuh siapa saja yang berani mengkritik cara hidupnya.
Pada 64 M, kebakaran hebat menghantam Roma, meluluhlantakkan 75 persen kota. Banyak orang Romawi berpendapat bahwa Nero sendiri yang menyalakan api untuk memberi jalan bagi ia agar bisa membuat kastil baru. Bahkan jika dia tidak melakukannya sekalipun, dia juga tidak akan melakukan apa pun untuk menghentikannya, dan mungkin akan menyalahkan orang Kristen dan memulai periode penindasan dan penyiksaan orang Kristen di Roma.
3. Joanna of Castille
Gelar Kerajaan: Queen of Castile and Aragon in Spain
Kegilaan: Obsesinya terhadap suaminya mendorongnya untuk menyimpan mayat suaminya agar tetap bersamanya setiap saat.
Joanna dari Castile adalah putri Ferdinand dan Isabella, yang terkenal di Amerika sebagai bangsawan Spanyol yang mengirim Christopher Columbus dalam pelayaran ke baratnya. Joanna menikah dengan Philip I dari Burgundy, putra Kaisar Romawi Suci. Dia sangat berbakti kepada suaminya, dan memberinya enam anak, yang semuanya menjadi kaisar dan ratu.
Joanna meraih gelarnya "Juana La Loca" karena obsesinya yang berlebihan terhadap suaminya. Setelah kematian mendadak suaminya pada tahun 1506, Joanna menolak untuk dipisahkan dari mayat Philip yang telah dibalsam. Dia menyimpannya di kamarnya dan bahkan membawanya ke mana-mana. Terlepas dari tahtanya sebagai Ratu Castile dan Aragon, keluarganya tidak pernah melihatnya sebagai orang yang tepat untuk memerintah, dan putranya Charles akhirnya mengambil peran sebagai pemimpin negara yang sebenarnya.
4. Mustafa I
Gelar Kerajaan: Sultan of the Ottoman Empire
Kegilaan: Satu-satunya masa di mana ia tidak dikekang dalam penjara adalah saat ia menjadi raja.
Mustafa I memiliki masa kecil yang tidak biasa. Ketika saudaranya Ahmed I naik takhta Kekaisaran Ottoman pada 1603, tradisi Ottoman menyatakan bahwa ia harus mengeksekusi saudaranya untuk mencegahnya dari perebutan takhta. Namun, Ahmed yang berusia 13 tahun menyelamatkan nyawa saudara lelakinya yang berusia 12 tahun, dan malah menahannya di penjara tanpa jendela.
Mustafa dipenjara selama 14 tahun, yang berdampak buruk pada kesehatan mentalnya. Kematian kakaknya menandai kenaikan Mustafa dari penjara ke tahta, tetapi kegilaan sudah telanjur mengganggu kekuasaannya. Setelah waktu yang singkat di atas takhta, ia digulingkan, digantikan oleh keponakannya Osman, dan dikirim kembali ke penjara.
Setelah kematian Osman, para bangsawan mengembalikan Mustafa ke tampuk kekuasaan. Ketika dia menolak untuk meninggalkan penjaranya, mereka menariknya keluar dan mengangkatnya di atas takhta. Mustafa meyakinkan dirinya sendiri bahwa Osman sebenarnya masih hidup dan menghabiskan berjam-jam di istana untuk mencari keponakannya, memohon Osman untuk mengambil takhta raja darinya. Akhirnya, dia menurunkan takhta ke keponakannya yang lain, Murad, dan Mustafa I kembali ke penjara, di mana dia akhirnya meninggal pada usia 47 tahun.
5. Catherine The Great
Gelar Kerajaan: Empress of Russia
Kegilaan: Orientasi seksual Catherine menyebabkan desas-desus bahwa ia sebenarnya seorang bestiality (tertarik secara seksual dengan binatang).
Catherine The Great adalah sesuatu yang anomali dalam daftar ini, karena dia bukan penguasa yang buruk pemerintahannya. Dia mencanangkan reformasi besar-besaran untuk Rusia dan membuat penguasa perempuan terlihat kuat dan mampu di saat laki-laki kebanyakan berkuasa. Sementara kehidupan profesionalnya sebagai penguasa Rusia berkembang, kehidupan pribadinya sedikit lebih kontroversial.
Catherine terlahir sebagai Sophie von Anhalt-Zerbst di Jerman dan menikahi Peter III pada tahun 1745. Banyak sejarawan percaya bahwa tidak satu pun dari keempat anaknya bukan anak kandung Peter III. Setelah Peter III menguasai Rusia dan membuat keputusan untuk mengakhiri perang Rusia dengan Prusia, Catherine berkonspirasi dengan para bangsawan untuk menggulingkan suaminya. Dia dibunuh oleh saudara lelaki dari kekasih barunya, Gregory Orlov.
Sejak saat itu, Catherine memerintah Rusia, mengambil dan bergonta-ganti pasangan sesuka hati. Dia menghadiahkan satu kekasihnya dengan seribu budak, dan menjadikan yang lain Raja Polandia, hanya untuk mengobarkan perang padanya ketika dia tidak terbukti menjadi boneka yang dia inginkan. Banyak sejarawan percaya kisah kematiannya yang saat berhubungan seks dengan kuda adalah upaya musuh-musuhnya untuk mendiskreditkannya.
Menjadi anggota kerajaan mungkin tak seenak dan tak semudah kelihatannya karena akan selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kekuasaan.
0 komentar:
Posting Komentar