Indonesia takkan lupa kejadian tahun 2016, saat mendiang Wayan Mirna Salihin meneguk racun sianida dari kopinya dan meninggal dunia sebelum sampai ke rumah sakit. Hasilnya, sang teman sekaligus tersangka, Jessica Kumala Wongso, divonis 20 tahun penjara.
Tidak kalah menggemparkan, Indonesia juga dikejutkan dengan pembunuhan salah satu figur publiknya pada 2004. Saat itu, aktivis HAM Indonesia, Munir Said Thalib, diracun dengan arsenik saat dalam perjalanan udara dari Indonesia ke Belanda.
Dikarenakan frekuensi pemakaian dan kasus yang melibatkannya, arsenik dan sianida adalah yang paling terkenal. Selain kedua racun tersebut, inilah enam racun paling bersejarah dan mematikan dalam sejarah.
1. Tetrodotoxin (TTX) pada ikan buntal/fugu
Sempat diangkat sebagai senjata pembunuh bayaran Rosa Klebb pada seri James Bond "From Russia with Love", racun saraf (neurotoxin) Tetrodotoxin (TTX) sempat dianggap sebagai racun paling mematikan di dunia.
Kalau kamu pernah mendengar racun ini, ya, TTX memang terkenal sebagai racun yang dapat ditemukan pada ikan fugu/buntal di Jepang. Oleh karena itu, juru masak yang mengolah ikan fugu harus memiliki izin dan dilatih bertahun-tahun. Namun, bukan hanya ikan fugu, berbagai jenis gurita, injel (Pomacanthidae), bintang laut, hingga katak pun juga bisa mengandung racun saraf ini.
Lebih mematikan dari sianida, 1-2 miligram/kg TTX saja dapat menyebabkan kematian jika tertelan atau masuk lewat luka, tutur laman ThoughtCo. Dari mati rasa hingga kelumpuhan, butuh waktu 6 jam bagi TTX agar racunnya memenuhi tubuh. Saat diafragma berhenti bekerja, target mengalami gagal napas hingga meregang nyawa.
2. Botulinum Toxin (Botox) pada daging basi dan suntik botox
Pertama kali ditemukan pada 1820 oleh ahli medis Justinus Kerner di Jerman, racun botulinum ditemukan dari pengolahan daging sosis yang tidak benar (sosis dalam bahasa Latin adalah "Botulus"). Laman Science Alert memaparkan terdapat tujuh jenis botulinum toxin (A - G), dan hanya tipe A saja yang dianggap tidak begitu mematikan.
Cukup menelan satu mikrogram racun botulinum saja dapat mematikan orang dewasa dengan berat 70 kg! Gejala ringannya adalah rasa nyeri dan kelumpuhan sementara. Namun, jika tidak segera ditangani, botulinum toxin dapat menyebabkan gagal napas hingga meninggal.
Tidak selalu mematikan, penggunaan botox beragam, dari kosmetik hingga perawatan medis. Saat disuntik botox untuk perawatan wajah, otot wajah yang disuntik akan berhenti sehingga mencegah kerutan. Selain mencegah kerutan, botox juga digunakan untuk mencegah mata juling (strabismus) akibat ketidakselarasan otot ekstraokular pada mata.
3. Ricin pada biji jarak
Ricin terdapat pada serat padat biji tanaman jarak (Ricinus communis). Dianggap mematikan, ricin adalah sejenis glikoprotein yang mematikan ribosom dan menghambat sintesis protein dalam sel, sehingga menyebabkan kematian sel, seperti dilansir dari ThoughtCo.
Reputasi ricin meroket pada 7 September 1978, saat seorang penulis sekaligus pembelot asal Bulgaria yang kabur ke Inggris, Georgi Markov, diracun dengan suntikan ricin yang ditembakkan ke pahanya oleh seorang agen rahasia Bulgaria. Sempat menderita demam tinggi, Markov meninggal 3 hari kemudian.
Kabar buruknya adalah ricin tidak memiliki penawar, namun tidak berbahaya jika dosisnya kecil. Ricin memiliki median dosis letal LD50 1 - 20 miligram/kg jika tertelan, namun dosis ringan pun dapat membunuh jika terhirup atau disuntikkan.
4. Batrachotoxin pada katak panah dan burung Pitohui
Kita sering melihat di film kalau suku pedalaman Amerika Selatan suka menggunakan damak atau panah beracun untuk berburu atau membunuh. Dari sekian banyak racun yang dipakai, yang paling terkenal adalah batrachotoxin (dari bahasa Yunani, βάτραχος atau batrachos yang berarti "katak"). Selain neurotoxin, batrachotoxin juga merusak jantung (cardiotoxin).
Suku Choco dari Kolombia Barat menggunakan "keringat" katak panah emas (Phyllobates terribilis) dan katak panah hitam (Phyllobates bicolor) pada ujung sumpit atau panah mereka sebagai senjata. Dilansir dari Science Alert, LD50 dari batrachotoxin sendiri adalah 2 mikorgram/kg, setara dengan dua butir kecil garam!
Cara kerjanya adalah dengan merusak kanal ion sodium (Na+) dalam sel otot dan saraf, dan menghambatnya proses regenerasinya agar tetap menganga. Migrasi ion Na+ yang terus-menerus mengakibatkan kematian yang menyakitkan dengan kelumpuhan dan gagal jantung. Hingga saat ini, batrachotoxin belum memiliki penawar.
Tidak harus kedua katak tersebut, ditemukan di Papua Nugini, burung Pitohui pun juga dikatakan memiliki batrachotoxin. Sekitar tiga dekade lalu, seorang ahli ornitologi asal AS, Jack Dumbacher, terluka karena burung Pitohui di Papua Nugini dan ia segera merasakan mati rasa di sekujur mulutnya. Untungnya, ia segera diobati sebelum terlambat.
Meskipun tidak seberbahaya batrachotoxin pada dua katak panah, penemuan molekul batrachotoxin pada burung Pitohui yang tidak hidup di Amerika Selatan menguatkan hipotesis para peneliti bahwa terciptanya batrachotoxin pada katak dan burung tersebut ada pada faktor konsumsi.
5. Maitotoxin pada ikan kulit pasir dari Tahiti
Hati-hati jika kamu suka makan seafood! Alih-alih kenikmatan, kamu malah terkena racun maitotoxin, salah satu racun dari makhluk bahari paling mematikan yang pernah ada. Namanya diambil dari ikan kulit pasir Ctenochaetus striatus, atau disebut "Maito" di Tahiti.
ScienceAlert memaparkan bahwa maitotoxin dibentuk oleh spesies plankton dinoflagelata, Gambierdiscus toxicus. Hingga saat ini, struktur maitotoxin yang rumit masih belum terpecahkan sepenuhnya.
Cara kerja maitotoxin adalah dengan menaikkan arus ion kalsium yang melewati membran otot jantung, menyebabkan kerusakan (lisis) sel. Hasil akhirnya, maitotoxin mengakibatkan gagal jantung dan kematian yang menyakitkan. Untuk racun non-protein, maitotoxin memiliki LD50 tertinggi, yaitu 50 nanogram/kg.
Itulah beberapa racun paling berbahaya yang diketahui oleh manusia. Dari kelima jenis ini, mana yang sering kamu dengar? Waspada pada makanan dan minumanmu, ya!
0 komentar:
Posting Komentar