Di belahan bumi ini, ada berjuta keunikan suku yang hingga kini menjadi tradisi dan terus dilakukan. Salah satu yang unik adalah cara penyampaian salam, baik memberi salam kepada orang yang pertama kali ketemu, kepada orang tua dan teman dekat.
Nah, di Indonesia memberi salam dengan cara berjabat tangan dan biasanya menempelkan tangan ke dada kemudian membungkuk. Namun, berbeda dengan tradisi lima negara di bawah ini.
1. Menjulurkan lidah di Tibet
Tibet merupakan daerah otonomi khusus dari provinsi Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Tibet yang berada di pegunungan Himalya ini, sering disebut sebagai puncak dunia yang berbatasan dengan Bhutan, Nepal, Xinjiang dan Sichuan Tiongkok.
Negara Tibet memiliki keunikan yaitu, ketika memberi salam kepada seseorang baru pertama kali berjumpa dan kepada teman yang sudah lama tidak bertemu. Cara penyampaian salam adalah dengan menjulurkan lidah. Jika di negara lain penyampaian ini tidaklah sopan, berbeda dengan Tibet hal ini sudah menjadi lazim dan sudah dilakukan sejak abad ke-9 hingga sekarang.
Menjulurkan Lidah ini merupakan sebuah adat yang menjadi sebuah tradisi hingga tejadi secara turun temurun. Hal ini berawal dari seorang raja kejam bernama Lang Darma yang memiliki lidah hitam. Setelah raja tersebut meninggal, masyarakat Tibet percaya kalau raja kejam ini akan bereinkarnasi. Nah, untuk memastikan orang yang berkunjung dan yang berada di Tibet bukan orang jahat, maka dimulailah perkenalan dan memberikan sapaan dengan menjulurkan lidah.
Dari kisah ini, tradisi menjulurkan lidah ini diakui sebagai pemberian salam yang hormat hingga sekarang.
2. Tradisi meludah di Kenya dan Tanzania
Di Indonesia atau bahkan di beberapa negara lain, meludahi orang dianggap kasar dan merendahkan orang lain. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Suku Maasai di Kenya dan Tanzania. Meludah justru dijadikan sebagai bentuk sapaan dan menunjukkan rasa hormat.
Hal ini bermula pada saat Suku Maasai melakukan ritual unik, yang dilakukan kepada bayi baru lahir dan pemberi restu dari calon mertua kepada pria yang ingin menikahi anak perempuannya.
Ritual ini dilakukan dengan cara meludahi ubun-ubun kepala bayi dan sama halnya dengan pria yang ingin menikah, mereka akan meludahi kepala anaknya. Ritual ini dipercayai sebagai pengusir roh-roh jahat yang menempel pada bayi dan sebuah tanda sebagai persetujuan dari orang tua.
Tradisi meludahi ini juga dipercayai sebagai pemberi keberuntungan. Hingga saat ini jika berkunjung ke Kenya dan Tanzania, tradisi ini masih bisa ditemui.
3. Tepuk tangan, Zimbabwe
Zimbabwe merupakan salah satu negara di Afrika Selatan. Negara ini juga memiliki tradisi memberi salam dengan cara yang unik, yaitu bertepuk tangan. Ketika berpisah dengan kerabat dan pertama kali berjumpa, memberi salam dengan tepuk tangan ini dianggap sebuah hormat.
Nah, perlu diketahui bahwa cara tepukan tangan laki-laki dan perempuan itu berbeda. Perempuan menepuk tangan dengan cara ditangkupkan sedangkan laki-laki menepuk tangan dengan meluruskan tangannya.
Konon di Zimbabwe, jika tepuk tangan dengan ketukan lebih cepat maka artinya berterima kasih.
4. Gongshou, China
Gongshou merupakan etika dalam berinteraksi ketika saling bertemu, yang dilakukan oleh kalangan suku Tiongkok. Memberi salam dengan cara kedua tangan saling menggenggam dan diangkat di depan badan merupakan sebuah pemberian hormat. Tradisi ini berawal dari seorang budak yang terbelenggu. Budak yang sering menggenggam kedua tangannya ketika memberi hormat, kini ditiru dan dilakukan hingga sekarang.
Setelah Tiongkok berkembang, tradisi Gongshou sudah jarang dilakukan. Gonshou hanya dilakukan pada saat perayaan hari besar seperti Imlek. Namun, dengan kasus virus corona di Tiongkok belum selesai, pemberian salam ini jadi dilakukan secara rutin.
Orang Tiongkok mengatakan bahwa memberi salam dengan cara Gongshou akan memiliki keuntungan. Misalnya seperti, tangan lebih higenis dan jauh dari virus, lebih praktis dan bebas.
5. Hongi atau menggosok-gosokkan hidung di Selandia Baru
Tak kalah unik, suku Maori di Selandia Baru juga memiliki tradisi memberi salam dengan menggosokkan hidung ke hidung lawan. Tradisi ini disebut Hongi yang berarti napas kehidupan. Ketika ke dua orang memberikan salam dengan cara Hongi, maka dianggap bisa bertukar napas.
Selain bertukar napas, salam ini juga memberikan kesejahteraan, kehidupan dan kedamaian. Salam ini wajib dilakukan apalagi ketika negara lain berkunjung ke Selandia Baru. Selain bentuk kehormatan bagi tamu pendatang, Suku Maori juga memperlakukan tamu dengan beberapa tahap sebelum melakukan Hongi.
Dimulai dari menghadang tamu yang dilakukan oleh seorang ksatria. Ksatria membawa alat seperti tombak yang sering disebut taiha, hal ini dilakukan untuk memastikan tamu yang datang seorang lawan atau kawan.
Setelah itu, ksatria menaruh penanda berupa dahan kecil supaya diambil oleh tamu, kemudian tetua wanita akan berseru kepada tamu yang ditunjuk sebagai isyarat untuk mulai masuk ke tempat yang disediakan. Setelah acara tradisi selesai, tamu dan tuan rumah akan saling menyapa dengan Hongi. Setelah menyapa dengan menempelkan hidung, makanan disajikan dan bisa dinikmati oleh tamu.
Duh, enggak kebayang gimana Presiden RI Joko Widodo berkunjung ke negara ini waktu itu?
Nah, bagaimana dengan kamu? Tertarik mengunjungi negara mana? Sepertinya Kenya, Tanzania dan Tibet wajib dikunjungi, deh.
0 komentar:
Posting Komentar