Pada tegukan kopi terakhirku, tercurah harap dan cita.
Moga sapa pertamamu, awal kisah kita.
Di setiap pagi, ada yang mulai menggelitik sanubari, syair yang kau tulis mewakili isi hati, bagaimana kabarmu hari ini, Bidadari?
Aku sempat cemburu pada awan, yang sering kali kaupandang.
Nyatanya, hatiku tak cukup menjadi rumah bagi jiwa petualangmu
Nyatanya, cintaku tak mampu mendinginkan panasnya geloramu
Lalu aku bisa apa?
Mengais belas kasihanmu yang kau cecer sepanjang jalan?
Bukan, itu bukan cinta Jika hanya membawa luka dan derita.
Selalu ada yang melintas di kepala, entah itu syairmu, atau wajahmu yang hanya bisa kureka.
Cinta selalu punya caranya sendiri, mempertemukan yang terbuang, atau menyatukan yang hilang.
Setiap orang memiliki batas kewarasannya masing-masing. Hanya saja, memilih bertahan, diam, atau melepaskan adalah kesepakatan hati dan akal. Pun kau yang sering pulang bertandang dan pergi menghilang.
Jika rindumu tak lagi jadi milikku. Lantas, apalagi alasanku kembali ke kota ini?
Ada jarak yang terbentang karena rindu
Ada cerita yang terbuat karena jarak
Aku percaya, ceritamu dan ceritaku akan jadi cerita kita saat kita bertemu.
0 komentar:
Posting Komentar