Ilmuwan yang mengakui teori evolusi memercayai bahwa terdapat manusia purba yang menjadi nenek moyang umat manusia. Fosil tulang-belulang yang telah ditemukan di berbagai penjuru dunia menunjukkan bahwa bentuk tubuh mereka menyerupai manusia bungkuk. Beberapa fosil manusia purba ada pula yang ditemukan di Indonesia.
Manusia purba tersebut diduga merupakan jenis yang tersebar dari berbagai belahan dunia dan menetap di Indonesia. Setidaknya ada 6 jenis manusia purba di Indonesia, yaitu Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia sering juga disebut sebagai Java man atau Manusia Jawa.
Nah, untuk lebih jelasnya mengenai keenam jenis manusia tersebut, yuk simak penjelasan berikut!
Meganthropus paleojavanicus
Fosil tersebut dinamakan ‘mega’ karena ukurannya yang lebih besar dibandingkan fosil-fosil lainnya. Rahang dan giginya besar, bahkan hampir sama dengan rahang gorila. Meganthropus tersebut kemudian dikenal sebagai Manusia Sangiran.
(Bca juga: Sejarah Manusia Purba, dan Penyebarannya di Dunia)
Di tahun 1952, seorang peneliti menemukan fosil rahang bahwa Meganthropus di Sangiran. Kali ini, fosil tersebut diduga berasal dari masa Pleistosen tengah. Diperkirakan umur fosil tersebut mencapai 1-2 juta tahun. Spesies ini kemudian dinamakan sebagai Meganthropus paleojavanicus.
Ciri-cirinya adalah berbadan tegap dengan tonjolan tajam di kepala. Mereka juga bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok. Selain itu, mereka tidak memiliki dagu, tapi memunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
Pithecanthropus erectus
Saat itu, fosil yang ditemukan berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak, geraham, dan tulang kaki. Setelah disusun, fosil tersebut menyerupai kera, tapi berdiri tegak sehingga dinamakan Pithecanthropus erectus.
Ciri-ciri manusia purba jenis Pithecanthropus erectus adalah berbadan tegap dengan tulang pengunyah yang kuat. Selain itu, tinggi badannya berkisar antara 165 hingga 170 cm dengan berat badan sekitar 100 kilogram. Pithecanthropus erectus mampu berjalan tegak dan makanan yang dikonsumsi masih kasar dengan minim proses pengolahan.
Homo soloensis
Fosil Homo soloensis sendiri ditemukan oleh von Koeningswald dan Weidenrich pada tahun 1931-1934 di lembah Bengawan Solo. Saat itu, mereka merupakan fosil tengkorak. Karena volume otaknya yang berbeda, mereka menduga bahwa manusia purba jenis ini bukanlah Pithecanthropus.
Homo wajakensis
Di tahun berikutnya, Eugène Dubois menemukan fosil kedua di tempat yang sama. Manusia purba jenis ini sudah mulai menggunakan alat-alat dari batu dan tulang. Mereka juga sudah memasak makanan sendiri sebelum dikonsumsi.
Homo floresiensis
Homo floresiensis memiliki tinggi sekitar 100 cm. Lengannya panjang dengan kapasitas kepala 380 cc, menyerupai simpanse. Tulangnya rapuh dan wajahnya cenderung datar, tidak menonjol. Para ilmuwan berasumsi bahwa ukuran tubuh mereka yang cebol dikarenakan mereka terkurung di Pulau Flores selama ribuan tahun, sehingga keturunan mereka semakin lama semakin kecil.
0 komentar:
Posting Komentar