Tejal Rao, seorang kritikus restoran asal California memutuskan untuk membuat jurnal pribadi secara online, berisi tentang aroma-aroma makanan yang pernah tercium olehnya.
Mengutip The New York Times, jurnal online tersebut ia luncurkan dalam sebuah katalog berjudul “Personal Smell Museum of Los Angeles.” Kumpulan aroma itu berasal dari rumah, tempatnya bekerja, bahkan harum vanilla yang terdeteksi hidungnya saat mengemudi sembari melewati toko roti.
Proyek tulisan yang disertai ilustrasi makanan ini membangun narasi hubungan antara aroma yang dihirup dengan tempat-tempat atau memori dalam ingatan seseorang. Tejal mengawali proyek ini berdasarkan tulisan Harold McGee, seorang penulis sains tentang penciuman.
“Indera penciuman kita merupakan jembatan antara pengalaman kita tentang makanan dan dunia,” tulis McGee.
Setelah membaca tulisan McGee, Tejal mulai memperhatikan informasi yang ia tangkap melalui udara --mencatat aroma sehari-hari di udara sambil menghirup panjang.
Namun, di samping mengamati aroma yang sudah menjadi pekerjaannya sehari-hari, sebagai kritikus makanan, Tejal merasa kalau bahasa dan kosa kata yang digunakannya untuk menggambarkan setiap endusan itu sangat sulit, bahkan terbatas.
Meski begitu, keinginannya untuk menggambarkan tempat tinggal, Los Angeles melalui aroma yang tercium, tetap tinggi. Dalam wawancara interaktifnya bersama The New York Times, Tejal menggambarkan kota itu dengan cukup unik --dari bau bawang yang bersumber dari tetangganya, bau rakun, aroma kantin tempat makannya, harum detergen, hingga aroma yang menggambarkan musim gugur.
"Setiap kali kamu mencium bau ---roti segar, rumah sahabat kamu, anjing basah, bawang putih yang digoreng dengan mentega-- itu berarti partikel yang menguap di udara telah memasuki tubuh kamu dan, untuk sesaat, menjadi bagian dari kamu," ungkap Tejal.
“Tidak ada perasaan yang lebih intim, atau lebih kompleks, itulah sebabnya mengapa mengingat bau pribadi bisa sangat tepat, jelas, dan bahkan emosional. Ingatanmu mungkin berumur satu hari, atau beberapa dekade, tetapi bau itu pernah menjadi bagian dari dirimu.”
Proyek Tejal ini juga menginspirasi beberapa orang untuk mengenang bau-bau yang berharga bagi mereka.
“Saya ingin ada satu ungkapan untuk aroma serbuk gergaji, oli motor, dan tanah. Campuran bau ‘manly’ itu setiap saat membuat saya membayangkan ayah yang bekerja dengan tangannya sepanjang hidupnya. Itu yang aku cium di gudang, 25 tahun setelah dia menyerahkannya. Itu membuat saya merasa aman,” tulis Donna Lovelady.
“Satu aroma yang selalu menarik perhatian saya adalah aroma ruang kelas di sekolah dasar. Tiga elemen dari aroma ini adalah buku, kertas, dan lilin. Aromanya langsung mengingatkan saya sebagai siswa sekolah dasar yang mengenakan gaun katun dan alas kaki beludru Oxford,” ungkap Nancy Pennea.
Rupanya kenangan bukan hanya bisa kita ingat dalam memori di otak, melainkan juga melalui harum yang terhirup oleh indra penciuman. Bagaimana dengan kamu, aroma apa yang paling terngiang di ingatanmu?
0 komentar:
Posting Komentar