Membersihkan atau membasuh rambut dengan air sudah merupakan praktik kuno yang dilakukan oleh manusia. Beberapa buktinya dapat ditulusur dari berbagai catatan dan tindakan keagamaan, seperti dalam anjuran berwudu bagi setiap Muslim sebelum melaksanakan salat.
Sementara itu, mencuci rambut dengan sampo belumlah setua anjuran dalam berwudu. Bukti-bukti valid menunjukkan bahwa keramas termasuk praktik modern dalam peradaban manusia.
Bentuk sampo paling awal dipercaya telah dibuat di India abad ke-15, dengan merebus lerak. Ini adalah jenis semak atau pohon kecil yang merupakan bagian dari keluarga Lychee. Dalam pembuatannya, rebusan lerak itu dicampur dengan aamla (sejenis gooseberry India), serta dengan rempah-rempah lainnya.
Beberapa abad berselang, adalah para pedagang kolonial Inggris yang kemudian memperkenalkan sampo dari India ke Eropa. Klaim ini sesuai dengan etimologi kata shampoo, yang menurut Kamus Oxford mulai dikenal oleh orang-orang Eropa pada pertengahan abad ke-18. Kata shampoo pun diserap dari campo! yang berarti tekan! dalam bahasa India.
Namun, ketika sampo mulai masuk ke budaya Barat, orang-orang Eropa pada awalnya belum dapat menerimanya. Kemungkinan karena praktiknya cukup ribet, dengan memerlukan pijat kepala dengan sedikit minyak wangi.
Barulah ketika memasuki abad ke-20, ramuan sampo mulai menemukan bentuk terbaiknya dan lebih mudah digunakan. Produknya semakin berkembang dan laku di pasaran. Keramas dalam pengertian modern, dengan air untuk menghasilkan busa, pun menjadi praktik lazim yang diterima secara global sejak sekitar seabad tahun lalu.
0 komentar:
Posting Komentar