Powered By Blogger

Jumat, 25 Desember 2020

Tentang Perkawinan Sedarah dan Raja Wanita di Mesir Kuno

Para ahli telah cukup yakin bahwa orang-orang kerajaan pada masa Mesir kuno telah menjalankan tradisi tak lazim. Demi alasan menjaga kemurnian keturunan, mereka melakukan perkawinan sedarah. Kemudian, anak-anak hasil inses ini melanjutkan takhta pada gilirannya. 

Meski begitu, bukan berarti inses ialah tindakan yang wajar pada masa itu. Pada dasarnya, pernikahan sedarah merupakan ihwal yang tidak umum dilakukan di luar kerajaan. Bahkan sampai akhir dinasti Mesir kuno, hanya beberapa raja yang menikahi saudara perempuan atau saudara tirinya. 

Selain itu, walau idealnya Raja Mesir adalah seorang anak laki-laki dari raja sebelumnya, aturan tidak selalu ditepati. Sebetulnya keturunan wanita juga punya kesempatan yang sama untuk menjadi raja.  

Sebagai buktinya, ada raja wanita bernama Hatshepsut yang dianggap sebagai penguasa wanita tersukses di Mesir kuno. Dia memerintah Mesir selama lebih dari 20 tahun. Hal ini membuktikan bahwa perempuan dan laki-laki sebenarnya dianggap setara di Mesir kuno. 


Pada masa itu, pria dan wanita memiliki status sosial yang setara. Keduanya setara juga di mata hukum. Ini berarti wanita dapat memiliki, menghasilkan, membeli, menjual, dan mewarisi properti.  

Jika bercerai atau menjanda, wanita juga diperbolehkan membesarkan anak-anaknya sendiri. Bahkan para wanita juga bisa mewakili para suami yang tak bisa hadir untuk mengurusi bisnis mereka. 

0 komentar:

Posting Komentar

Related image